Kamis, 24 Mei 2012

SAMPAH DAUR ULANG


 
MEMANFAATKAN SAMPAH, BARANG BEKAS MENJADI BARANG BERNILAI DAN BERGUNA


Berbagai Usaha Pengelolaan Sampah (Daur Ulang)
 Posted by Ari Sudewa in Makhluk Hidup, Sekedar Info, Tips and Tricks and tagged with biogas, daur ulang, kaca, kertas, kompos, kreatif, plastik, sampah 22 Desember 2011

Berbagai aktivitas manusia yang memanfaatkan sumber daya alam mempunyai konsekuensi berupa sampah.  Jumlah sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat bergantung dari jenis barang yang kita konsumsi. Selain mencemari lingkungan, banyaknya limbah di permukaan bumi juga menimbulkan bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap. Oleh karena itu, usaha pengelolaan limbah patut dilakukan.

Sampah dapat dibedakan jadi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari makhluk hidup seperti daun-daunan dan sampah dapur. Sampah organik dapat diuraikan secara alami. Sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat diuraikan secara alami, seperti plastik, logam, dan kaca.

Teknologi yang dapat digunakan dalam memanfaatkan limbah adalah teknologi biogas. Biogas adalah gas yang mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri dalam kondisi tanpa udara (bakteri anaerob). Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.






Selain teknologi biogas, beberapa macam sampah dapat digunakan kembali menggunakan prinsip daur ulang. Daur ulang adalah proses pengolahan suatu barang yang sudah tidak digunakan menjadi produk lain yang lebih bermanfaat. Tujuan daur ulang adalah mengurangi jumlah sampah, menghindari kerusakan lingkungan, dan menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan sedikit kreativitas, berbagai sampah  dapat didaur ulang menjadi barang-barang yang bermanfaat.

Menara kaca hasil daur ulang



-     Pecahan kaca jika dicampur dengan pasir, batu kapur, dan soda dapat digunakan untuk membuat     produk kaca yang baru.
-     Kertas dan kardus dapat diubah menjadi bubur kertas untuk kemudian dicetak menjadi kertas yang  baru. -Kertas daur ulang memiliki kualitas yang cukup baik dan dapat dimanfaatkan kembali.
-     Plastik dapat didaur ulang menjadi mainan dan alat-alat rumah tangga seperti ember, baskom, maupun botol air mineral.
-     Besi dapat dilebur kembali dan dibentuk menjadi alat-alat yang baru.
-     Serbuk gergaji kayu dapat didaur ulang menjadi tripleks dan multipleks sehingga dapat digunakan untuk membuat lemari, rak buku, dan meja.
-     Sisa-sisa tumbuhan dan hewan dapat diolah menjadi kompos.
-     Bulu ayam bisa dimanfaatkan untuk membuat kemoceng.
-     Batang padi yang tidak digunakan (setelah panen) dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat sapu, kuas cat, kertas buram, dan kertas buram yang diolah lebih lanjut bisa menjadi kertas HVS.
-    Dulu, batok kelapa dapat digunakan sebagai gayung, mangkok, dan sendok sayur. Sekarang, batok kelapa dapat digunakan sebagai aksesori yang menarik seperti kancing dan gantungan baju.
-    Tulang hewan dapat dimanfaatkan untuk membuat cincin dan vas bunga yang bernilai ekonomi tinggi.
-    Cangkang berbagai hewan laut banyak digunakan sebagai hiasan, kap lampu, bahkan ada yang menjadi tirai.
-   Seorang perancang busana bernama Ramli berhasil membuat inovasi dengan menambahkan sisik ikan pada busana hasil rancangannya. Ramli mendapat penghargaan MURI atas kreativitasnya tersebut.





Boneka hasil daur ulang plastik dan roll-on bekas

Jika Anda malas mendaur ulang limbah, Anda bisa mengolahnya dengan cara membakarnya di tempat pembuangan sampah atau menimbunnya di dalam tanah.

Pada dasarnya, dalam menanggulangi masalah sampah sehari-hari dapat diterapkan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a) Mengurangi (Reduce)

Semakin banyak barang yang kita gunakan, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Oleh karena itu, kurangi konsumsi barang/material yang tidak perlu.

b) Memakai kembali (Reuse)

Dengan memakai kembali barang-barang yang (tampaknya) sudah tak dapat digunakan kembali, kita bisa memperpanjang masa pakai barang tersebut sebelum barang tersebut akhirnya benar-benar menjadi sampah. Sebagai contoh botol Aqua boleh dipakai kembali hingga 3 kali pemakaian sebelum akhirnya harus dibuang.

c) Mendaur Ulang (Recycle)

Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri nonformal yang memanfaatkan sampah menjadi barang baru yang dapat digunakan kembali.

d) Mengganti (Replace)

Untuk menghemat sampah, kita harus mengganti barang-barang yang sekali pakai dengan barang-barang yang lebih tahan lama dan ramah lingkungan. Misalnya mengganti kantung plastik dengan keranjang bila berbelanja atau mengganti tisu dengan sapu tangan.

                                                                                                                          Ayo jaga bumi kita!

Rabu, 23 Mei 2012

SEJARAH KABUPATEN INDRAMAYU


Sejarah Indramayu


         Kabupaten Indramayu termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat, dengan wilayah darat seluas 20.006,4 km² merupakan wilayah yang cukup luas. Sumberdaya alamnya dari laut, sawah, dan hutan. Secara historis, selama ini Indramayu menyatakan diri memiliki akar sejarah dari Jawa Tengah (Bagelen) melalui tokoh Arya Wiralodra. Dalam beberapa sumber, ada yang menyebut tokoh ini utusan Demak (abad ke-16), ada pula yang menyebut berasal dari Mataram (abad ke-17). Akar sejarah itulah yang menjadikan Indramayu bukanlah wilayah Sunda, meskipun berada di Jawa Barat yang mayoritas dihuni suku Sunda dan berbahasa Sunda. Meski demikian, perkembangan selanjutnya menunjukkan Indramayu juga tidak serupa dengan realitas sosio-kultur Jawa Tengah. Ada semacam sosio-kultur tersendiri yang “bukan Jawa” dan “bukan pula Sunda”. Bagi orang Indramayu, menyebut orang Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah “wong wetan”, sedangkan orang Pasundan adalah “wong gunung”. Sosio-kultur Indramayu itu menunjukkan karakter yang sebangun dengan Cirebon.
Secara akar sejarah pula, beberapa daerah di Indramayu berkaitan dan banyak dipengaruhi kerajaan lain di sekitarnya, seperti Cirebon dan Sumedanglarang. Jika yang disebut wilayah kekuasaan Wiralodra sebagai Kabupaten Indramayu seperti sekarang, tampaknya harus ditelisik lebih dalam. Ketika dinasti Wiralodra berkuasa hingga pertengahan abad ke-19, peristiwa politik dan keagamaan di Pulau Jawa sangat dinamis. Dimulai dari runtuhnya Majapahit sebagai simbol kebesaran agama Hindu pada tahun 1527, dinamika itu tampak dengan kemunculan kerajaan Islam Demak, yang mampu berpengaruh pada Cirebon dan Banten, serta dikuasainya Sundakelapa dari Pajajaran. Simbol kebesaran Hindu lainnya dalam diri Pajajaran pun runtuh juga. Gegap gempita politik dan kekuasaan seperti itu sedikit banyak, tentu saja, memiliki pengaruh yang kuat pada Cimanuk (Indramayu) sebagai wilayah kecil yang berada pada pusaran dinamika itu. Berakhirnya era Hindu dan bangkitnya Islam juga menyentuh kehidupan sosio-religi di wilayah tersebut. Ketika Mataram menguasai Jawa Barat selama 57 tahun (1620-1677), pengaruh kekuasaan itu sangat jelas pada daerah-daerah yang sekarang bernama Ciamis, Tasikmalaya, Sumedang, Bandung, Cirebon, dan beberapa lainnya sebagai wilayah imperium Mataram.
Ketika Wiralodra dianggap sebagai pendiri Indramayu dan 7 Oktober 1527 sebagai hari kelahiran Indramayu, legitimasi itu dilakukan pada era kekinian, yakni berdasarkan Perda No. 02/1977 tanggal 24 Juni 1977. Nama Indramayu sebagai wilayah kabupaten, sebenarnya berasal dari nama wilayah kecamatan yang berada di kota (Sindang – Kota Indramayu), titik sentral kekuasaan dinasti Wiralodra. Menurut Babad Dermayu yang ditulis tahun 1900, beberapa keturunan Wiralodra menjabat beberapa jabatan penting di beberapa wilayah sebagai demang maupun rangga, misalnya Raden Marngali Wirakusuma (Demang Bebersindang, mungkin maksudnya Sindang), Nyayu Wiradibrata (rangga), Nyayu Malayakusuma (Demang Plumbon), Nyayu Hekakusuma (Demang Anjatan), Nyayu Suradisastra (ulu-ulu), Nyayu Hanjani (mantri tanah), Raden Kalid Wiradaksana (Demang Lohbener), Raden Prawiradirja (Demang Losari), Raden Wirasentika (Demang Lohbener), Nyayu Sastrakusuma (Jututulis Demang Brengenyeber), Nyayu Patimah (Demang Lelea), Raden Wirasaputra (demang).
Klaim bahwa nama wilayah sekabupaten dengan nama Indramayu, sebenarnya dilakukan pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-19, seperti dalam Regerings Almanak voor Nederlands Indie 1869 untuk menetapkan seorang bupati dengan wilayah kabupaten. Pendapat ini sejalan dengan Dasuki (1977).
Kalau yang dimaksud dengan daerah Dermayu dalam babad itu adalah suatu tempat yang sekarang merupakan lokasi desa Dermayu, mungkin ada benarnya. Akan tetapi kalau yang dimaksud dengan daerah Indramayu ialah daerah yang sekarang merupakan daerah jurisdiksi Indramayu, sudah pasti tidak benar, sebab bertentangan dengan pemberitaan dari beberapa sumber lain yang menyatakan bahwa sebelum Wiralodra datang ke daerah Indramayu, di beberapa bagian daerah ini sudah ada masyarakat yang berbudaya.
Yang terjadi pada era dinasti Wiralodra, Indramayu cenderung identik pada wilayah yang sekarang disebut sekitar Sindang, Kota Indramayu, hingga Lohbener. Pada kurun waktu sebelumnya atau bersamaan, wilayah lain memiliki nama yang berbeda, dengan tokoh pendiri (Ki Gede) yang berbeda pula. Beberapa hal bisa menjadi argumentasi bahwa Kabupaten Indramayu bukanlah “Dermayu”-nya Wiralodra, dulu. Naskah Wangsakerta menguraikan tentang mazhab-mazhab dalam Islam yang berkembang di Pulau Jawa, termasuk wilayah Cirebon dan Indramayu seperti dituliskan dalam Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara, parwa 2 sargah 4. Beberapa Ki Gedeng (Ki Gede) dari Indramayu ada yang dikategorikan menganut mazhab Syafi’i, tetapi ada pula yang Syi’ah yang diajarkan Syeh Lemahabang. Penganut mazhab Syafi’i adalah Ki Gedeng Krangkeng, Ki Gedeng Dermayu, Ki Buyut Karangamapel, Pangeran Losarang, Ki Gedeng Srengseng, dan Ki Gedeng Pekandangan, sedangkan mazhab Syi’ah dianut oleh Ki Gedeng Junti. Data seperti itu bukan hanya menyiratkan tentang perkembangan mazhab dalam Islam yang dianut para tokoh masyarakat (Ki Gedeng, Ki Buyut) di Indramayu, akan tetapi lebih dari itu menyiratkan adanya deskripsi kesejajaran tokoh-tokoh tersebut. Penyebutan nama-nama Ki Gedeng atau Ki Buyut di enam daerah tersebut tampak memiliki derajat yang sama. Antara Krangkeng, Dermayu, Karang Ampel, Srengseng, Pekandangan, dan Junti tidak ada hirarkis. Hal itu bisa diinterprestasikan di wilayah-wilayah tersebut dipimpin oleh Ki Gedeng atau Ki Buyut secara otonom dan tidak menginduk pada Ki Gedeng atau Ki Buyut di sekitarnya. Ki Gedeng Dermayu tidak membawahi Ki Gedeng Krangkeng, Karang Ampel, Srengseng, Pekandangan, dan Junti, tetapi berdiri sejajar. Acuan kurun waktunya adalah masa hidup Sunan Gunungjati dan Syeh Lemahabang (abad ke-16).
Sebelumnya kesejajaran itu tampak pada cerita Ciungwanara pada zaman Pajajaran yang menyebut-nyebut nama Indramayu, Junti, Anjatan, dan Kandanghaur, seperti dalam Waosan Babad Galuh (Serengrana, 1280 H). Naskah lain pada zaman Pajajaran menyiratkan adanya tokoh lain dan wilayah lain di Indramayu yang sudah disebut keberadaannya sejak abad ke-15, seperti dalam buku Sunan Rahmat Suci Godog (Deddy Effendy-Warjita, 2006). Disebut-sebut nama Raden Khalipah Kandangaur yang bersahabat dengan Kean Santang (putra Prabu Sri Baduga Maharaja dengan Subang Larang). Kean Santang adalah adik Pangeran Walangsungsang (Cakrabuana) dan Nyi Mas Rarasantang (ibunda Sunan Gunungjati). Pengaruh Sunan Gunungjati, baik secara religi dan sosio-politik, amat kuat pada hampir seluruh tokoh (Ki Gede) dari desa-desa kuno di Indramayu. Sekitar 70 Ki Gede, dari Sukra hingga Kertasemaya, dari Bantarwaru hingga Sindangkerta, dimakamkan di sekitar makam Sunan Gunungjati di Nur Giri Ciptarengga, Gunung Sembung, Cirebon (Bambang Irianto, makalah 2007). Adanya makam Habib Keling di Desa Tanjakan Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu menjadi catatan tersendiri, apakah Habib Keling identik dengan Dipati Keling. Jika ya, menegaskan lagi adanya relasi itu, sebab Dipati Keling merupakan sahabat Sunan Gunungjati yang ikut serta dalam penyerangan ke Batavia tahun 1526. Ia salah seorang komandan, di samping beberapa komandan lainnya seperti Dipati Cerbon, Dipati Cangkuang, dan Faletehan. Sebelumnya Dipati Keling bersama 98 pengikutnya menyatakan masuk Islam dan bergabung bersama Sunan Gunungjati. Diperkirakan, Dipati Keling berasal dari India, karena kulitnya hitam seperti orang Keling (Sunardjo 1983: 53,81). Sangat mungkin, yang dimaksud makam tersebut adalah petilasan, sebab makam Dipati Keling terdapat di Astana Gunungjati Cirebon berdekatan dengan Sunan Gunung Jati. Jejak lain di Indramayu yakni adanya makam Pangeran Suryanegara yang terdapat di Desa Bulak Kecamatan Jatibarang dan memiliki keturunan di Indramayu (Raffan S. Hasyim, makalah 2007). Suryanegara adalah adik bungsu Dipati Cerbon I atau Pangeran Swarga (putra Pangeran Pasarean dengan Ratu Mas Nyawa).
Latar tersebut merupakan dinamika penyebaran Islam yang dilakukan Sunan Gunungjati dan para pengikutnya, baik ke pegunungan maupun ke pesisir. Naskah Purwaka Caruban Nagari menyebutkan wilayah pesisir tersebut hingga ke pedalaman Karawang dan Dermayu. Saat Sunan Gunungjati bertahta, jangkauan Cirebon dalam penyebaran Islam mencapai 2/3 daerah di Jawa Barat.
Jejak-jejak Cirebon secara sosio-kultural di beberapa desa yang ada di tiga kecamatan (Krangkeng, Karangampel, Juntinyuat) hingga kini masih terasa. Yang paling kentara adalah dalam penggunaan kosakata "isun" (saya) masih tetap dipergunakan (terutama di beberapa desa di Kecamatan Krangkeng, perbatasan Kabupaten Cirebon-Indramayu) dibandingkan penggunaan "reang" atau "kita" sebagaimana digunakan secara umum di wilayah kecamatan lainnya. Begitu pula penggunaan kata tunjuk untuk menunjukkan yang jauh, agak dekat, dan dekat, masih tetap menggunakan lah, lih, dan luh. Bukan kah, kih, dan kuh. Pamakaian kosakata seperti itu serupa yang dipakai di Cirebon.
Dalam buku ”Mengenal Kasultanan Kasepuhan Cirebon” (2004) malah ditegaskan, pada abad ke-14 batas pemukiman baru di Lemahwungkuk (cikal bakal Caruban/Cirebon) yang dipimpin Ki Gede Alang-alang yang diangkat Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi adalah Kali Cipamali (sebelah timur), Cigugur Kuningan (sebelah selatan), pegunungan Kromong (sebelah barat), dan Junti (sebelah utara).
Jejak Indramayu secara geografis memang hanya diketemukan pada naskah-naskah dengan derajat sebagai sumber sekunder, seperti sumber-sumber di atas, kecuali Regerings Almanak voor Nederlands Indie 1869. Hal ini bisa jadi merupakan sebuah fenomena kelangkaan sumber primer, karena “terjepit”-nya masa-masa dinamis itu. Penulis sejarah Jawa Hindu yang telah silam umumnya sudah berhenti menulis, jauh sebelum sampai pada tokoh Senopati; sedangkan ahli sejarah Kompeni hampir tidak menyadari bahwa para pahlawan negerinya telah mengganggu perkembangan suatu kerajaan Jawa yang perkasa.
Meski dalam historiografi tradisional menyebutkan nama Dermayu mulai digunakan sejak abad ke-16 atau ke-17, siapa sangka jika sebagian wilayahnya (sebelah timur sungai Cimanuk) pada jaman pemerintahan Belanda abad ke-19, nama yang muncul adalah Bengawan Wettan, salah satu dari lima keregenan (regentschappen) di bawah Keresidenan Cheribon, selain Kereganan Cheribon, Madja, Galo, dan Koeningan (besluit van commissarissen-general over Nederlandsch-Indie, tanggal 5 Januari 1819). Keregenan Bengawan Wettan meliputi sungai Singapura, dari muara sungai di laut ke arah atas sampai jalan pos di Desa Jamblang, jalan ini ke barat sampai sungai Cimanuk di penyebrangan di Karangsambung, selanjutnya sungai Cimanuk ini sampai muaranya ke laut. Peristiwa “Pemberontakan Bagus Rangin” di sekitar Bantarjati-Jatitujuh pada awal abad ke-19 agaknya menyiratkan wilayah tersebut sebagai bagian Kabupaten Indramayu (Bengawan Wettan).
Jika dilihat pada era kekinian, sebenarnya wilayah Indramayu sekarang selain bertambah, sebenarnya juga berkurang. Di bagian tenggara Kabupaten Indramayu, sekitar perbatasan Kecamatan Bangodua, beberapa desa bukan lagi milik Indramayu. Dulu, konon Kecamatan Jatitujuh dan sekitarnya pernah masuk dalam wilayah Kabupaten Indramayu. Kini di wilayah perbatasan kultural Sunda-Jawa itu sudah masuk Kabupaten Majalengka. Tidak heran jika hubungan emosional desa-desa di sekitar itu tetap ada. Ragam budaya, seperti jenis kesenian dan adat-istiadat pun menampakkan kecenderungan yang seragam. Tarling, topeng, wayang kulit –yang merupakan jenis kesenian Jawa-pesisir Cirebon-Indramayu, biasa dinikmati masyarakat Jatitujuh, yang juga menikmati kesenian Sunda.
Dasuki (1977) menjelaskan setelah tahun 1910 daerah Indramayu sebelah barat sungai Cimanuk dibagi dalam enam kedemangan, yaitu Kedemangan Kandanghaur, Losarang, Pamayahan, Pasekan, Bangodua, Jatitujuh, dan Lelea. Adapun daerah Indramayu sebelah timur Cimanuk dibagi dalam tiga kawedanan yaitu Kawedanan Indramayu, Karangampel, dan Sleman (Jatibarang).
Di wilayah selatan, barat daya hingga barat Kabupaten Indramayu, yang berbatasan langsung dengan wilayah kultural Sunda, pengaruh kebudayaan Sunda sangat kuat. Di sebagian desa di Kecamatan Terisi hingga Haurgeulis dan Gantar, pengaruh itu malah memiliki asal-usul penduduk yang memang berasal dari wilayah Sunda. Komunikasi sosial dan kultural itu terjalin hingga kini menjadi sebuah akulturasi yang "nDermayu".
Sebenarnya ada pengaruh kultur lain yang juga amat kuat, yang ada di wilayah barat (seperti di Kecamatan Bongas, Patrol, Sukra, Anjatan, dan Haurgeulis). Pengaruh itu berasal dari pesisir utara-barat Jawa Tengah (Tegal-Brebes). Mungkin lebih tepatnya bukan pengaruh, tetapi lebih sebagai “urbanisasi” awal abad ke-20 melalui jalur kereta api dari Tegal-Brebes ke wilayah barat Indramayu. Penduduk dari wilayah timur Indramayu juga pada kurun waktu yang sama melakukan “urbanisasi” ke barat, seperti dari Krangkeng, Juntinyuat, Sliyeg, Kertasemaya, dan kecamatan lainnya. Saat itu wilayah barat memiliki daya tarik tersendiri, terutama tanah yang masih perawan dan ketersediaan air yang melimpah dengan adanya bendungan yang dibangun pemerintah kolonial Belanda dekade 1920-an. Pengaruh bahasa Jawa dialek Tegal-Brebes dan logat wilayah timur Indramayu masih terasa hingga kini.
Yang menjadi catatan tersendiri adalah wilayah Kecamatan Lelea dan Kandanghaur, yang secara geografis terlalu “jauh” untuk dipengaruhi kultur Sunda. Hingga kini pengaruh Sunda di beberapa desa di dua kecamatan tersebut cukup kuat. Meski dalam beberapa kosa kata tidak sama dengan bahasa Sunda di wilayah Pasundan dan cenderung dianggap kasar, bahasa Sunda tetap digunakan dalam keseharian di wilayah tersebut. "Sunda-Lea" dan "Sunda-Parean" (maksudnya bahasa Sunda yang digunakan di Lelea dan Parean/Kandanghaur), menjadi keunikan tersendiri dalam khazanah bahasa Sunda dan bisa jadi merupakan bahasa Sunda sempalan yang hidup di lingkungan Jawa pesisir. Fenomena ini, tentu saja, bukan terjadi dengan sendirinya. Sesuatu yang ada sekarang, hampir pasti memiliki keterkaitan dengan masa lalu. Masa lalu itu adalah akar sejarah.
Selanjutnya daerah kekuasaan Sumedang di sebelah utara seperti Kandanghaur, Lelea, dan Haurgeulis (Indramayu), dan Sindangkasih (Majalengka) satu demi satu dikuasai kerajaan Islam Cirebon. Dalam menakulukkan daerah Sindangkasih dan Kandanghaur ini banyak berperan dua orang cucu Sunan Gunung Jati: Pangeran Sentana Panjunan dan Pangeran Wira Panjunan. Daerah Galuh dan Sumedang sendiri tetap merdeka sehingga ditundukkan oleh Sultan Agung Mataram yang berhasil menguasai antara Citanduy dan Cisadane pada tahun 1620 (Rokhmin Dahuri, Bambang Irianto, dan Eva Nur Arofah, 2004).
Penjelasan Sumedang pernah menguasai tiga daerah di Indramayu, yakni Kandanghaur, Lelea, dan Haurgeulis setidak-tidaknya tampak pada kultur yang masih lekat hingga kini, yakni masih dipakainya bahasa Sunda. Ketika beralih pada kekuasaan Cirebon, ada peninggalan di Kandanghaur yang bisa jadi berasal dari nama seorang pangeran asal Cirebon, yakni nama desa, Wirapanjunan. Kurun waktu kekuasaan Cirebon atas tiga daerah di Indramayu saat Cirebon mencapai puncak kejayaan, sebagaimana dikemukakan R.A. Kern (1973: 21), yang diperkuat F. de Haan (1912: 33-41) bahwa Cirebon telah berhasil melebarkan wilayah kekuasaan dan sekaligus dapat mengislamkan daerah-daerah pedalaman Sunda, seperti Rajagaluh (1528) dan Talaga (1530) (Rokhmin Dahuri, dkk, 2004: 62).
Jangan lupa wilayah sentral Indramayu, tempat dikendalikannya pemerintahan, yakni Kecamatan Indramayu dan Sindang, merupakan lingkungan “keraton” dan “ibukota” yang dibangun Wiralodra. Wilayah yang secara arkeologis cenderung sebagai kota pemerintahan bercorak Islam-Jawa. Sungai Cimanuk yang membelah kedua kecamatan itu juga, sebenarnya dulu menjadi urat nadi perekonomian dan militer, yang hilirnya adalah pelabuhan. Kompleks pecinan dan perkampungan arab yang ada di sekitarnya menjadi penanda tersendiri akan keberadaan masa lalu itu.
Satu hal yang belum dikemukakan adalah wilayah pesisir Indramayu yang kini terbentang di 12 kecamatan, dengan panjang pantai mencapai 114 km. Dengan keluasan Laut Jawa yang menjadi gerbangnya, sangat mungkin menjadi pintu masuk akan berbagai pengaruh sosial, ekonomi, budaya, dan agama dari berbagai daerah dan bangsa. Agak serius untuk mendiskusikan hal ini lebih jauh. Yang jelas adanya kerajinan batik di Paoman yang motifnya serupa dengan Lasem (Rembang), kerajinan gerabah di blok Anjun (Paoman) dan Wirapanjunan (Kandanghaur) juga memiliki nama sama dengan lokasi kerajinan gerabah di Panjunan (Cirebon).
Hal di atas bisa dihubungkan dengan kedatangan Syarif Abdurrakhman beserta ketiga adiknya di Cirebon pada tahun 1464. Mereka adalah putra-putra Sultan Sulaeman dari Baghdad, Irak, yang berguru kepada Syeh Nurul Jati dan Mbah Kuwu Cakrabuana. Mereka kemudian menetap di Panjunan. Nama panjunan itu berasal dari anjun, barang-barang keramik yang terbuat dari tanah liat.
Beliau besarta pengikutnya menyebarkan agama Islam, membangun mesjid, dan juga mengerjakan sebuah karya anjun yaitu membuat barang-barang keramik dari tanah liat. Dari sinilah tempat itu disebut panjunan. Beliau juga membuat taman lelangu / taman untuk istirahat dan penenang hati memandang ke alam bebas / panorama gunung Ciremai. Dari sinilah tempat itu disebut Plangon (kawasan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon). Di sini pulalah makam beliau (P.S. Sulendraningrat, 1975).
Rumah-rumah penduduk di Junti yang bergaya Majapahit menandaskan keterpengaruhan itu. Nama-nama desa di pesisir Indramayu juga menyiratkan keterpengaruhan nama dari luar. Antara Karangampel-Balongan, misalnya, ada lima nama yang juga memiliki kesamaan dengan nama di Jawa Timur, yaitu seperti Kamal, Tuban, Sampang, Lombang, dan Majakerta.
Keterkaitan dengan Majapahit ini bisa jadi karena ekspansi kerajaan besar tersebut ke seluruh nusantara saat Prabu Hayam Wuruk berkuasa dengan Mahapatih Gajah Mada pada abad ke-14. Data yang paling dekat adalah pada abad ke-15 atau antara taun 1491 dan 1492, yaitu adanya perkawinan Sunan Gunung Jati dengan Nyai Ageng Tepasari, putri Ki Ageng Tepasan, mantan penguasa di daerah Majapahit yang kemudian ikut Raden Patah, Sultan Demak. Dari perkawinan Sunan Gunung Jati dengan Nyi Ageng Tepasari dikaruniai dua anak, yaitu Nhay Ratu Ayu dan Pangeran Mohamad Arifin (Pangeran Pasarean) (Dasuki 1977; Sunardjo, 1983).
Melihat wilayah sosio-kultural yang terpotret sekarang ini, sekali lagi, mustahil adalah sebuah kejadian yang berdiri sendiri. Ada pengaruh dari benang merah masa lalu yang bernama sejarah. Masalah yang muncul, apakah benar Indramayu, yang terbentang dari Sukra-Gantar hingga Kertasemaya-Krangkeng, yang pernah berhubungan dengan Pajajaran, Demak, Cirebon, Sumedanglarang, Galuh, Banten, Mataram, bahkan bangsa asing, yang memiliki latar sosio-kultur yang tidak “tunggal”, hanyalah pengaruh Wiralodra semata?
Selama ini pengungkapan sejarah di Indramayu lebih banyak berdasarkan terjemahan dan tafsir naskah-naskah tradisional, yang merupakan sumber sekunder. Sebuah pengungkapan yang cenderung hanya sampai pada ranah dan perspektif sebagai sejarah peteng, yang bisa ditafsirkan sebagai kegelapan sejarah karena belum ada relasi yang tegas dengan sumber-sumber primer.

PIDATO DALAM BAHASA JEPANG


CONOTOH PIDATO BAHASA JEPANG
 
おはようございます私の名前はアマンダです。私はスピーチをテーマにした衛生を読み取ります。あなたはきれいにしない多くの人々を見ることができますように。彼らは環境の清浄度を維持することができなければなりません。多くのビンが提供されています。時には高速道路に散乱ゴミが残っています。時には川が不用意に廃棄物のごみではまだそこにある。彼らは、清潔は信仰の半分であることを認識する必要があります。私たちからそれを清掃してください。あなたを清潔に保つことができない場合の影響、すなわち、洪水、地滑りが発生します。したがって、私たちは私たちの周りの環境の清浄度を維持する必要があります。ご清聴ありがとうございました
:
Ohayōgozaimasu watashinonamaeha amandadesu. Watashi wa supīchi o tēma ni shita eisei o yomitorimasu. Anata wa kirei ni shinai ōku no hitobito o miru koto ga dekimasu yō ni. Karera wa kankyō no seijō-do o iji suru koto ga dekinakereba narimasen. Ōku no bin ga teikyō sa rete imasu. Tokiniha kōzokudōro ni sanran gomi ga nokotte imasu. Tokiniha kawa ga fuyōi ni haiki-mono no gomide wa mada soko ni aru. Karera wa, seiketsu wa shinkō no hanbundearu koto o ninshiki suru hitsuyō ga arimasu. Watashitachi kara sore o seisō shite kudasai. Anata o seiketsu ni tamotsu koto ga dekinai baai no eikyō, sunawachi, kōzui, jisuberi ga hassei shimasu. Shitagatte, watashitachiha watashitachi no mawari no kankyō no seijō-do o iji suru hitsuyō ga arimasu. Go seichō arigatōgozaimashita.
:
selamat pagi nama saya amanda. saya akan membacakan pidato bertema kebersihan. seperti yang anda lihat banyak orang orang yang belum menjaga kebersihan. sebaiknya mereka bisa menjaga kebersihan di lingkungan. banyak tempat sampah yang sudah di sediakan. terkadang masih saja ada sampah yang berserakan di jalan raya. terkadang di sungai juga masih terdapat sampah yang di buang sembarangan. seharusnya mereka sadar bahwa kebersihan itu adalah sebagian dari iman. kebersihan itu mulai dari diri kita. jika tidak bisa menjaga kebersihan maka akan terjadi akibatnya yaitu banjir, longsor. maka dari itu kita harus menjaga kebersihan di sekitar lingkungan kita. terimakasih atas perhatiannya.

PUISI

RINDU

Tiba-tiba rinduku menyelinap dalam tidur
 Membara, menggelodak, payah menghindari
 Beriring mimpi-mimpi indah hari semalam
 Kenangan lama bermain di ingatan

Kuhancurkan sekeping hati yang putih
 Rambutnya yang ikal, yang pernah ku belai
 Matanya yang sayu, menikam kalbu
 Kini wajah manisnya membelit rinduku

Beginikah sakitnya hati itu dulu
 Milik gadis yang lembut dan setia
 Beginikah luka dan parahnya jiwa
 Tika tangan menggenggam surat cinta
 Tika mata meniti baris pemutus kata

Kau pulangkan kembali hati dan cintaku
 Aku terpaku melihat wajahmu yang diam
 Telah keringkah airmatamu, kekasih
 Maka kau kembali seperti dulu
 tersenyum dalam bahagia yang panjang ?

Amat payah melupakan hari semalam
 Kasih yang telah hilang, kembali datang
 Dalam sendu dan kesal tak berhujung
 Padamu gadis yang tabah dan pasrah

Ku coretkan padamu kata penyambung bicara
 Maluku bagaikan terlipat di dalam lembaran itu
 Bagaimana nanti, tawamu yang tidak pasti
 Atau paling ku ragu dan bimbang
 Luka lamamu, pedihnya berulang

Maafkan, kiranya aku kau salahkan
 Memang mudah mengucapkan, aku menyedari
 Percayalah, Jika kau membenci bicaraku kini
 Pasti rinduku tak terubat selamanya

PENCEMARAN UDARA,DAMPAK DAN SOLUSI NYA


Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.



Pencemaran Udara

Klasifikasi Pencemar Udara :

1. Pencemar primer : pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran udara.

2. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer.
 Contoh:  Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan asam sulfurik
.


Pencemaran Udara

Jenis-jenis Bahan Pencemar:

- Karbon monoksida (CO)
 - Nitrogen dioksida (N02)
 - Sulfur Dioksida (S02)
 - CFC
 - Karbon dioksida (CO2)
 - Ozon (03 )
 - Benda Partikulat (PM)
 - Timah (Pb)
 - HydroCarbon (HC)

Penyebab Utama Pencemaran Udara :

Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang segar, diperkirakan 70 % pencemaran yang terjadi adalah akibat adanya kendaraan bermotor.
 Contoh : di Jakarta antara tahun 1993-1997 terjadi peningkatan jumlah kendaraan berupa :
 - Sepeda motor 207 %
 - Mobil penumpang 177 %
 - Mobil barang 176 %
 - Bus 138 %



Pencemaran Udara akibat Kendaraan Bermotor

Dampak Pencemaran Udara :

- Penipisan Ozon
 - Pemanasan Global ( Global Warming )
 - Penyakit pernapasan, misalnya : jantung, paru-paru dan tenggorokan
 - Terganggunya fungsi reproduksi
 - Stres dan penurunan tingkat produktivitas
 - Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak
 - Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak.



Sampah semakin memperparah Pencemaran Udara

Solusi :

+ Clean Air Act yang dibuat oleh pemerintah dan menambah pajak bagi industri yang melakukan pencemaran udara.
 + Mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui diantaranya Fuel Cell dan Solar Cell.
 + Menghemat Energi yang digunakan.
 + Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.